Virus Merah Jambu

 
 Istilah virus merah jambu saya ketahui dari sahabat saya ustaz Dadan. 
Dalam sebuah acara talk show di televisi, beliau berseloroh bahwa 
anak-anak muda itu jika sedang kasmaran disebutnya terkena virus merah 
jambu. 
Karena warna yang melambangkan hati yang kasmaran itu 
warnanya pink atau merah jambu. Berbicara tentang virus merah jambu, 
berbicara tentang warna pink, berarti berbicara mengenai permasalahan 
kasmaran atau lebih tepat lagi cinta. Menarik, mari kita segera bicara 
cinta.
Cinta menjadi sumber inspirasi seniman sepanjang zaman. 
Dari mulai karya romeo dan Juliet, kahlil Gibran dan may ziadah, layla 
majnun, siti nurbaya, Hercules dan Delilah, Julius Caecar - Cleopatra, 
sampai kisah sobat saya Asih dan Ista, Satria-Aci, atau Maslardi dan 
Mbak Imah pun jika dibahas tak kalah menariknya. 
Cerita cinta 
seakan-akan tak pernah habis tertuang dalam kata-kata, lukisan maupun 
nada-nada. Sangatlah sulit mendefinisikan cinta Picasso dengan 
lukisannya ,atau moonlight sonatanya Beethoven, bahkan surat cinta 
kahlil Gibran pun tak mampu menampung seluruh ekspresi cinta.  
Selalu
 terasa kurang pas, mungkin karena itu imaniar dalam lagunya menyebutkan
 kondisi orang  yang  jatuh cinta tetap ibu kan definisi cinta. Seperti 
makan pun tak enak, tidurku pun tiada nyenyak, selalu teringat oh 
dirimu.
Beberapa definisi cinta yang dapat saya sebutkan dari 
berbagai sumber adalah: Kecenderungan seluruh hati yang terus-menerus 
(kepada yang dicintai). Kesediaan hati menerima segala keinginan orang 
yang dicintainya. 
Kecenderungan sepenuh hati untuk lebih 
mengutamakan dia dari pada diri dan harta sendiri, seia sekata dengannya
 baik dengan sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, kemudian merasa 
bahwa kecintaan tersebut masih kurang. Mengembaranya hati karena mencari
 yang dicintai sementara lisan senantiasa menyebut-nyebut namanya. 
Menyibukkan diri untuk mengenang  yang dicintainya dan menghinakan diri 
kepadanya.
Pendek kata, cinta adalah sebuah kecenderungan rasa 
untuk mengejar kesenangan yang kekal di dalam hati. Tanda-tanda bahwa 
kita mencintai sesuatu atau seseorang itu menurut imam ibnu qayyim 
adalah pertama menyenangi atau mencintai apa yang dicintai oleh kekasih,
 kedua bersiap dan rela untuk melakukan sebuah pengorbanan, dan selalu 
mendahulukan sang kekasih dari pada apapun dalam kondisi bagaimanapun. 
Nah
 jika kita mempunyai tanda-tanda seperti itu berarti kita perlulah 
dating kedokter cinta, karena telah terkena virus merah jambu.
Dan
 pertanyaannya mengapa Allah SWT meng “install” kan rasa cinta kedalam 
diri kita? Salah satunya dikarenakan kecenderungan cinta itu untuk 
ditujukan kepada Allah SWT. Cinta menurut Ibnu Qayyim, mengharuskan 
seseorang yang sedang terpanah olehnya untuk mengkhususkan cintanya 
kepada yang ia cintai. Juga hendaknya ia tidak menyekutukan cintanya 
terhadap kekasihnya yang lain. 
Kata Ibnu Qayyim, "Seseorang 
tidak membagi-bagi cintanya secara adil." Prinsip ketunggalan cinta ini 
diterapkan oleh Ibnu Qayyim, hanya kecintaan kepada Allah semata. 
Ucapannya mengenai hal ini, "Dalam kalbu seseorang tidak mungkin 
terdapat dua cinta. Demikian halnya dilangit pun tidak terdapat dua 
Tuhan."
Jadi jelaslah bahwa cinta itu tidak dapat dibagi rata, 
selalu ada kecenderungan. Karena Allah SWT telah mengatur sedemikian 
rupa agar kecenderungan cinta itu ditujukan kepada Allah, bukan kepada 
selain Allah SWT. Sebagaimana dinyatakan dalam QS. At Taubah : 24, yang 
artinya kurang lebih demikian: "Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak,
 saudara-saudara, istri-istri, sanak keluarga, harta yang telah kamu 
usahakan, perniagaan yang kamu takuti kerugiannya dan tempat-tempat 
tinggal yang kamu sukai, itu semua lebih kamu cintai dari pada Allah, 
Rasul-Nya serta melaksanakan jihad dijalan-Nya, maka tunggulah sampai 
Allah mendatangkan urusan-Nya (azab-Nya). Dan Allah sekali-kali tidak 
akan menunjuki orang-orang yang fasik."
Karena itulah kecintaan 
perlulah disandarkan kepada Allah SWT, yang kemudian seperti kita bahas 
dalam tanda-tanda bahwa kita mencintai Allah adalah jika kita mencintai 
apa-apa yang dicintai Allah SWT seperti; Qul in kuntum tuhibbunallaha fattabi’uni…
 "Katakanlah :Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku 
(Rasulullah) niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah 
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali Imran : 31)
Rasullullah
 pun menjelaskan dalam hadist sebagaimana berikut; “Barang siapa 
mencintai karena Allah, membenci karena Allah, member karena Allah, dan 
tidak memberi kerana Allah, maka dia berarti telah sempurna imannya” 
(HR. Abu Dawud)
Oleh karena itu iman yang sempurna adalah bentuk 
kecintaan terhadap Allah SWT, selain mencintai apa yang dicintai Allah, 
juga salah satunya melaksanakan aturan NYA dan menjauhi larangan NYA. 
Untuk memperjelas deskripsi tentang mahabbatullah (cinta Allah) Ibnu 
Qayyim Al Jauziyah memberikan komentar demikian: “Mahabbatullah ibarat 
pohon dalam hati, akarnya adalah merendahkan diri dihadapan Dzat yang 
dicintainya, benteng pelindungnya adalah makrifat kepada-Nya, rantingnya
 adalah rasa takut kepada siksa-Nya, daun-daunnya adalah rasa malu 
kepada-Nya, sedangkan air  yang menyuburkannya adalah dzikir kepada-Nya 
setiap saat. 
Rasulullah SAW menyampaikan dalam hadis Qudsi, 
Allah berfirman: "Siapa yang memusuhi seorang kekasih-Ku, maka sungguh 
aku menyatakan perang kepadanya. Dan tiada mendekat kepada-Ku seorang 
hamba-Ku dengan sesuatu yang lebih aku sukai dari pada menjalankan 
apa-apa yang telah Aku wajibkan atasnya. Dan selalu hamba-Ku mendekat 
kepada-Ku dengan menambah amal-amal yang sunnah, sehingga Aku kasih 
padanya, maka apabila Aku telah kasih kepadanya, Aku sebagai pendengar 
yang ia mendengar dengannya, dan penglihatan yang ia melihat dengannya, 
dan tangan yang digerakkannya, dan kaki yang ia berjalan dengannya.  Dan
 bila ia meminta pasti Aku memberinya, dan bila ia memohon perlindungan 
pasti Aku melindunginya." (HR. Bukhari)
Semoga kita tidak hanya 
selalu berupaya mendekatkan diri kepada Allah SWT semata tetapi juga 
lebih dari itu dapat menumbuhkan kecintaan kita kepada Allah SWT dengan 
Mahabbatullah (cinta Allah) agar kita pun selalu mendapatkan cinta dan 
ridho Allah SWT. Aamiin Ya Rabbul Al Amin.
Tidaklah lebih baik 
dari  yang berbicara ataupun yang mendengarkan, Karena yang lebih baik 
disisi ALLAH adalah yang mengamalkannya.
Billahitaufikwalhidayah,  Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ustaz Erick Yusuf: Pemrakarsa Training iHAQi (Integrated Human Quotient)    
 
 
 
          
      
 
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar